Friday, January 9, 2015

Filosofi Cermin



Sering denger pertanyaan  Mirror mirror tell me, who is the most beautiful in the world?”
Praakk…!!! Dan cermin pun pecah, hancur berkeping-keping dipukul karena jawabannya mengecewakan….


Ilustrasi sederhananya sebuah cermin, Tak ada yang lebih tulus dari cermin, tempat kita mengaca setiap pagi. Cermin berbicara dalam puncak kejujurannya; diam dan memberi tahu apa adanya. Bila kita rapi, ia akan menampakkan gambar yang rapi pula. Bila tampilan kita berantakan, ia juga akan menampakkan wajah diri kita yang berantakan. Bila wajah kita layu dan sembab, ia pun memberi tahu bahwa seperti itulah potret kita.

Cermin juga tidak pernah menyimpan dendam. Ketulusannya memang paripurna. Apa yang dilihat dari diri kita, tidak pernah dia simpan. Jelek atau buruk tampilan kita. Bila kita telah pergi, ia tidak menyimpan bayangan wajah kita itu di dalam dirinya.

Ketulusan cermin adalah kerja hati nurani kita. Itulah yang disebut fitrah, kata hati atau suara hati. Selamanya ia tidak akan berdusta. Ia akan selalu jujur, tulus dan berbicara dengan benar, seperti ketulusan cermin itu. Tetapi akal, pikiran, hawa nafsu, juga godaan-godaan syetan lah yang membuat kita menolak kejujuran dan ketulusan hati nurani itu.

Apakah kita mau marah kalau rambut kita sudah di penuhi banyak uban? dan apakah kita protes kalau wajah kita sudah di singgahi banyak jerawat? Dari cerminlah mungkin kita akan lebih sadar, lebih tahu dan lebih memahami pada apa dari kondisi diri kita yang sebenarnya. Terus bagaimana ini kemudian bisa di pelajari sebagai bahan sebuah renungan? Tentunya cermin akan sedikit bisa menjawab di tengah banyaknya kebohongan, kepura- puraan dan kepalsuan. 

Sebagai manusia, terkadang kita lebih senang di sanjung & akan marah/jengkel ketika ada yang mencoba menunjukkan kelemahan & kekurangan kita.

Ada sebuah ungkapan, Menyanjung adalah “Membunuh”, dan itu ada benarnya. 

Didalam dunia nyata, dunia kerja misalnya, banyak sekali bawahan yang suka menyanjung atasannya setinggi langit hanya demi “posisi” & simpati dari atasan…dan hasilnya mungkin lebih nyata, daripada bawahan yang mencoba menunjukkan kelemahan & kekurangan seorang atasan, demi suatu kebaikan & bukan demi posisi….terkadang bawahan yang demikian justru di “singkirkan”….wow….what the hell

Cermin selalu menampilkan apa adanya tanpa di buat-buat ataupun tanpa di rekayasa, tanpa di imbuhi apalagi di lebih lebihkan, bahkan dengan resiko apapun….dipukul sampai pecah & dibuang sekalipun...:D